Gado-gado adalah salah satu Pulsa Paypal makanan khas Indonesia yang berasal dari Jawa dengan bahan mutlak sayur-sayuran yang direbus serta dicampur jadi satu, dengan bumbu kacang alias saus dari kacang tanah yang dihaluskan disertai irisan telur serta di atasnya ditaburi bawang goreng. Sedikit emping goreng alias kerupuk .
kegunaaan makanan gado gado
Berikut Bahan Bahan sehat serta bergizi yang terkandung dalam makanan Gado Gado :
Kol | Kubis
Kubis mengandung sifat melawan kanker, tergolong lupeol, sinigrin, diindolylmethane (DIM), indole-3-carbinol (I3C), serta sulforaphane, yang bisa menolong pertahanan enzim serta menghambat pertumbuhan tumor. Senyawa sulforaphane serta I3C dalam kubis, keduanya sudah memang menambah efek anti kanker dari Taxol obat kemoterapi.
Tahu
Tahu bisa menurunkan kolesterol, tahu juga memang bisa mencegah kanker payudara. Mereka yang mengonsumsi tahu 25 persen lebih tak sedikit mengalami peningkatan pembentukan estrogen dibanding yang tidak. Pada tahu tersedia beberapa macam kandungan gizi, semacam protein, lemak, karbohidrat, kalori serta mineral, fosfor, vitamin B-kompleks semacam thiamin, riboflavin, vitamin E, vitamin B12, kalium serta kalsium yang berkegunaaan mendukung terbentuknya kerangka tulang.
Kacang Tanah
Kacang tanah kaya dengan lemak, mengandungi protein yang tinggi, zat besi, vitamin E serta kalsium, vitamin B rumit serta Fosforus, vitamin A serta K, lesitin, kolin serta kalsium. Kandungan protein dalam kacang tanah adalah jauh lebih tinggi dari daging, telur serta kacang soya, kegunaaan yang terkandung dalam kacang tanah untuk Menolong Menambah Kesuburan, Bantu dalam Peraturan Gula Darah, Menolong Mencegah Batu empedu, Menolong Tingkat Kolesterol Rendah, Menurunkan Risiko Penyakit Jantung.
Tauge
Salah satu kegunaaan tauge adalah dipercaya bisa menambah kesuburan. Bagi penderita hipertensi, tauge juga dipercaya sanggup menanggulangi salah satu penyakit degeneratif tersebut. Tidak hanya itu, tauge juga diketahui mempunyai kandungan nutrisi yang lumayan tak sedikit. Kegunaaan tauge lainnya juga bisa untuk mencegah osteoporosis, menambah sistem kekebalan tubuh, baik untuk kecantikan, menolong mencegah kanker payudara, menanggulangi gangguan menjelang menstruasi serta lainnya
Kangkung
Kangkung adalah salah satu sayuran sehat yang tak sedikit sekali kegunaaannya. Kangkung mengandung zat semacam vitamin A, vitamin B1, vitamin C, protein, kalsium, fosfor, zat besi, karoten, hentriakontan, serta sitosterol. Berdasarkan penelitian, Kangkung juga menghasilkan indikasi kegunaaan untuk mengobati beberapa macam gangguan kesehatan yang bersifat antiracun.
Wortel
Wortel khususnya kaya bakal anti-oksidan, vitamin serta serat, serta hanya mengandung 41 kalori per 100 g. Jadi wortel rendah lemak serta kolesterol. dengan kandungan anti-oksidan wortel bisa menolong melawan kanker dengan menghancurkan sel-sel pembentukan kanker di tumor .dan juga kandungan Vitamin A, B, C yang sangat baik untuk penglihatan, reproduksi pria, pemeliharaan epitel, pertumbuhan serta perkembangan , serta berkegunaaan sebagai co-faktor untuk enzim selagi tubuh meperbuat metabolisme substrat .
Cabe Rawit
Cabai mengandung senyawa semacam alkaloid, capsaicin, yaitu yang memberbagi rasa pedas yang kuat. Penelitian awal laboratorium pada fauna percobaan menunjukkan, bahwa capsaicin mempunyai anti-bakteri, anti-karsinogenik, mempunyai sifat analgesik serta anti-diabetes. Faktor ini juga bisa mengurangi kadar kolesterol HDL pada orang kegemukan
Genjer
Sayuran genjer kaya bakal serat jadi menjaga saluran cerna, apabila rajin mengkonsumsi sayur ini dipercaya kangker kolon serta sembelit bakal jauh dari anda.
Kesehatan Kardiovaskuler & Jantung
Tersedia pula kandungan pada kacang panjang yang menyehatkan jantung, jadi membikin terhindar dari persoalan penyakit jantung, kandungan vitamin K yang tinggi dalam nutrisi sayuran kacang panjang bisa mencegah pengerasan pembuluh darah, yang adalah faktor umum dalam penyakit arteri koroner serta gagal jantung. Penelitian terakhir menunjukkan salah satu kategori Pulsa Axis Via Paypal vitamin K yakni vitamin K2, yang dikombinasikan dengan vitamin D bisa mecegah pengapuran pada arteri koroner jadi mencegah penyakit kardiovaskular.
100-05 Blogs
Kamis, 28 Desember 2017
Jumat, 01 Desember 2017
PERKEMBANGAN PSIKOLOGI REMAJA
PERKEMBANGAN PSIKOLOGI REMAJA
PENDAHULUAN
A. Arti Remaja
Istilah adolescence (remaja) berasal dari kata latin “adolescere” yang berarti “tumbuh alias tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence semacam yang dipergunakan sekarang mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, social dan fisik. Pandangan ini di ungkapkan oleh piaget : dengan cara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Transformasi intelektual yang khas dari tutorial berfikir remaja ini memungkinkanya untuk mencapai integrasi dalam dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataanya adalah cirri khas yang umum dari periode perkembangan.
B. Perkembangan Psikososial Remaja
Saat seseorang mencapai masa remaja, maka orang tersebut berada dalam masa pencarian bukti diri diri (Erikson, dalam Papalia, 2008). Yang dimaksud dengan pencarian bukti diri diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001). Pencarian bukti diri diri menurut Erikson (Papalia, 2008) sebagai konsepsi mengenai diri, penentuan tujuan, kualitas, dan keyakinan yang dipegang teguh oleh seseorang. Usaha remaja untuk memahami diri adalah proses vital dan sehat yang didasarkan terhadap pencapaian bagian sebelumnya.
Adapun bagian-tahap perkembangan psikososial ( Erikson, Mar’at, 2006) yang terjadi pada manusia adalah sebagai berikut:
Kepercayaan vs ketidakpercayaan (trust vs mistrust); terjadi saat usia lahir – 1 tahun.
Otonomi vs Rasa malu dan ragu-ragu (Autonomy vs Shame and Doubt); terjadi saat usia 1 – 3 tahun.
Inisiatif vs rasa bersalah (Initiative vs guilt); terjadi saat usia 4-5 tahun.
Ketekunan vs rasa rendah diri (industry vs inferiority); terjadi saat usia 6 – 11 tahun.
Bukti diri vs kebingungan peran (ego identity vs role diffusion); terjadi saat usia 12 – 20 tahun.
Keintiman vs isolasi (intimacy vs isolation); terjadi saat usia 20 – 24 tahun.
Generativitas vs stagnasi (generativity vs stagnation); terjadi pada usia 25 – 65 tahun.
Integritas ego vs keputus asaan (ego integrity vs despair); terjadi saat usia 65 – meninggal.
Masing-masing bagian terdiri dari tugas perkembangan yang khas, yang mengwajibkan individu menghadapi sebuahkrisis. Terus sukses individu menanggulangi krisis, bakal terus sehat perkembangannya (Santrock, 2001). Lebih lanjut, Erikson lebih menekankan pada bagian perkembangan psikososial yang terjadi pada masa remaja yaitu identity vs role diffusion, faktor ini sebab pada bagian tersebut adalah peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Momen yang terjadi pada bagian ini sangat menentukan perkembangan masa dewasa.
C. Ciri-Ciri Masa Remaja
Semacam halnya dengan semua periode yang penting selagi rentan kehidupan, masa remaja mempunyai cirri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan setelahnya. Cirri-ciri tersebut diantaranya adalah :
1.Masa remaja sebagai masa yang penting
Meskipun semua periode dalam rentan kehidupan adalah penting, tetapi kadar kepentinganya tak sama-beda. Pada periode remaja baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang tetap penting baik dari segi fisik maupun psikologis.
2.Masa remaja sebagai masa peralihan
Peralihan bukan berarti terputus alias berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya. Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan tersedia keraguan bakal peran yang wajib dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan seorang dewasa.
3.Masa remaja sebagai masa perubaahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan prilaku selagi masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Apabila perubaha fisik menurun maka perubahan sikap dan prilaku juga bakal menurun. Ada empat perubahan yang bersifat universal, diantaranya adalah :
1. Meningginya emosi
2. Perubahan tubuh
3. Dengan berubahnya ketertarikan dan pola perilaku, maka kualitas-kualitas juga berubah
4. Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan
4.Masa remaja sebagai masa berpersoalan
Setiap periode mempunyai mempunyai persoalan, tetapi persoalan pada periode remaja tak jarang menjadi persoalan yang susah diatasi baik bagi anak laki-laki maupun perempuan. Tersedia dua argumen bagi kesusahan itu:
1. Sepanjang masa kanak-kanak sebagian besar persoalan mereka diberakhirkan oleh orang tua alias guru, jadi mereka para remaja tak lebih bias memanajemen persoalan mereka.
2. Sebab para remaja merasa mandiri, bias menanggulangi persoalan dengan sendiri jadi mereka ingin menanggulangi persoalannya sendiri dan menolak bantuan dari orang tua maupun guru.
5.Masa remaja sebagai masa mencari bukti diri
Pada tahun-tahun awal remaja, adaptasi diri dengan kelompok tetap tetap penting bagi perkembanganya. Tetapi krisis bukti diri dalam kebudayaan amerika sekarang memunculkan sebuahdilema yang menyebabkan “krisis bukti diri” alias persoalan bukti diri ego pada remaja. Bukti diri diri yang dicari remaja berupa usaha untuk membahas siapa dia dan apa perananya dalam masyarakat.
D. Minat-minat Remaja
Minat adalah sebuahkeinginan dan kebutuhan yang ingin dan wajib diperoleh, dalam perkembanganya remaja mempunyai dua ketertarikan pokok yaitu:
1. Ketertarikan sosial
Minat yang bersifat sosial bergantung pada peluang yang diperoleh remaja untuk mengembangkan ketertarikan tersebut dan pada keterkenalannya dalam kelompok. Ketertarikan sosial yang umum pada remaja meliputi : pesta, minum-minuman keras, obat-obatan terlarang, percakapan, menolong orang lain, kritik dan pembaharuan.
2. Ketertarikan pribadi
Minat pada diri sendiri adalah ketertarikan yang terkuat dikalangan remaja. Sebabnya adalah mereka sadar bahwa dukungan sosial sangat besar dipengaruhi oleh penampilan diri untuk hebat perhatian kelompok sosial. Diantara ketertarikan pribadi yaitu : ketertarikan pada penampilan diri, ketertarikan pada pakaian, ketertarikan pada prestasi, ketertarikan pada pendidikan, dan ketertarikan pada pekerjaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Bukti diri Dan Individuasi
Menurut Josselson (Mar’at, 2006) proses pencarian bukti diri, - yaitu proses di mana seseorang mengembangkan sebuahbukti diri personal alias sense of self yang unik, yang tak sama dan terpisah dari orang lain- ini disebut dengan individuasi (individuation). Proses ini terdiri dari empat bagian yang tak sama tetapi saling melengkapi. Empat bagian tersebut adalah:
1. Diferensiasi; terjadi pada usia 12 – 14 tahun; pada bagian ini remaja menyadari bahwa ia tak sama dengan cara psikologis dari orang tuanya. Kesadaran ini membikinnya mempertanyakan dan menolak kualitas-kualitas dan nasehat orang tuanya, sekalipun faktor tersebut masuk akan.
Praktis; terjadi pada usia 14 – 15 tauhn; pada bagian ini remaja percaya bahwa ia mengenal segalanya dan bisa melakukan sesuatu tanpa salah. Remaja menyangkal kebutuhan bakal peringatan alias nasehat dan menantang orang tuanya pada setiap peluang. Komitmen terhadap kawan sebaya juga bertambah.
Penyesuaian dan eksperimentasi; terjadi pada usia 15 -18 tahun; pada bagian ini, remaja mulai bisa menerima kembali sebagian otoritas orang tuanya dengan syarat. Tingkah lakunya tak jarang silih berganti antara eksperimentasi dan penyesuaian, kadang menentang dan kadang berdamai. Di satu segi remaja bisa menerima tanggung jawab di kurang lebih rumah, tetapi di segi lain remaja bakal kesal saat orang tuanya rutin mengontrol dan membatasinya.
Konsolidasi; pada usia 18 – 21 tahun; pada bagian ini remaja mengembangkan kesadaran bakal bukti diri personal, yang menjadi dasar bagi pemahaman dia dan orang lain, dan untuk mempertahankan perasaan otonomi, independen dan individualitas.
Status bukti diri menurut Marcia (Papalia, 2008) adalah perkembangan ego yang tergantung pada keberadaan alias absensi krisis dan komitmen. Krisis menunjuk masa dimana remaja berusaha memilih beberapa alternalif opsi, yang pada akhirnya bisa menetapkan satu alternative tertentu dan memberbagi perhatian besar terhadap keyakinan dan kualitas-kualitas yang diperlukan dalam pemilihan alternative tersebut. Sedangkan komitmen menunjuk pada usaha membikin keputusan mngenai sesuatu dan menentukan beberapa startegi untuk merealisasikannya (Mar’at, 2006). Proses pembentukan bukti diri diri melibatkan dua aspek, yaitu eksplorasi dan komitmen. Berdasarkan ada alias tidaknya proses eksplorasi dan komiten pada individu, Marcia mengolongkan bukti diri diri ke dalam 4 (empat) status bukti diri yaitu identity diffusion, identity foreclosure, moratorium, dan identity achievement.
Identity Achievement adalah pencapaian status bukti diri yang ditandai dengan komitmen untuk memilih menjadikannya sebuah krisis, sebuah periode yang dihabiskan untuk mencari alternative. Foreclosure adalah status bukti diri dimana seseorang tak menghabiskan tak sedikit waktu untuk mempertimbangkan beberapa alternative (dank arena itu tak sempat berada dalam krisis) dan melaksanakan rencana yang disiapkan orang lain untuk dirinya.
Moratorium adalah status bukti diri dimana seseorang mempertimbangkan beberapa alternative (dalam krisis) dan tampaknya mengarah pada komitmen. Identity diffusion adalah status bukti diri yang ditandai oleh ketiadaan komitmen dan tak lebihnya pertimbangan serius terhadap beberapa alternative yang ada. Tersedia 5 permasalahan dari psikososial yaitu:
Identity yaitu mengemukakan dan mengerti dari sebagai individu.
Pada masa remaja terjadi perubahan yang sangat penting pada bukti diri diri (Harter, 1990). Pada masa remaja sangsi bakal bukti diri dia dan tak hanya sangsi bakal personal sense dia tapi juga untuk kesaksian dari orang lain dan dari lingkungan bahwa dia adalah indiviodu yang unik dan khusus.
2. Autonomy yaitu menetapkan rasa yang enjoy dalam ketidaktergantungan.
Remaja berusaha membentuk dia menjadi tak tergantung tetapi berusaha untuk menemukan dia dengan kaca mata dia sendiri dan orang lain. Faktor ini adalah sebuahproses yang susah, tak hanya bagi remaja tetapi juga bagi orang lain di kurang lebihnya.Tersedia tiga perkembangan penting dari autonomy, yaitu:
- mengurangi ikatan emosional dengan orang tua.
- sanggup untuk mengambil keputusan dengan cara mandiri.
- Membentuk “tanda personalnya” dari kualitas dan moral (Donvan and Andelson, 1966; Seinberg, 1990).
3. Intimacy yaitu membentuk relasi yang tertutup dan dekat dengan orang lain.
Selama masa remaja perubahan penting lainnya adalah performa individu untuk menjalin kedekatan dengan orang lain, terutama dengan sebaya.
Pertemuan timbul pertama kali pada masa remaja melibatkan keterbukaan, kejujuran, loyaliyas dan saling percaya, juda share kegiatan dan ketertarikan (Sarin Williams and Bernet, 1990). “dating”, menjadi penting dan sebagai konsekuensinya performa untuk menjalin hubungan melewati kepercayaan dan cinta.
4. Sexuality yaitu mengekspresikan perasaan-perasaan dan merasa bahagia apabila ada kontak fisik dengan orang lain. Kegiatan seksual dengan cara umum dimulai pada masa Video remaja, kebutuhan untuk memecahkan persoalan kualitas-kualitas sosial dan moral terjadi pada masa ini (Kart Chadorin, 1990).Achivement yaitu memperoleh kesuksesa dan mempunyai performa sebagai anak buah masyarakat.
5. Pengembalian keputusan yang penting terjadi pada masa remaja dan mengangkat konsueksi yang panjang mengenai sekolah dan karir (Henderson and Dweck, 1990).
Umumnya pengembalian keputusan bergantung pada evaluasi diri remaja mengenai kecakapan dan performa dari tekad dan harapannya dimasa mendatang, dan dari masukan-masukan yang diterima oleh remaja dari tugas guru dan kawan.
Ada tiga faktor yang mendukung pembentukan Status Bukti diri Diri Remaja, yaitu:
Keyakinan dan Kematapan bahwa ia mendapat dukungan Orangtua
Mengembangan rasa untuk ingin bekerja dan mandiri
Mampu mencapai perspektif & pandangan refleksi diri terhadap masa depannya
B. Perkembangan Dengan Orang Tua
Bila hubungan remaja muda dengan anggota-anggota keluarga tak harmonis selagi masa remaja, biasanya kesalahan terletak pada kedua belah pihak. Tak jarang kali orang tua tak membenahi konsep mereka mengenai performa anak mereka seusai anak-anak menjadi lebih besar. Akibatnya, mereka memperlakukan anak remaja mereka semacam ketika anak-anak itu tetap kecil. Sekalipun demikian mereka menginginkan anak “bertindak sesuai dengan usia,” terlebih bila berhubungan dengan persoalan tanggung jawab.
Persoalan yang penting lagi adalah apa yang disebut “kesenjangan generasi” antara remaja dengan orang tua mereka. Kesenjangan ini sebagian dikarenakan sebab adanya perubahan radikal dalam kualitas dan standar perilaku yang biasanya terjadi dalam perubahan adat yang pesat, dan sebagian dikarenakan sebab kenyataan bahwa kawula muda sekarang mempunyai tak sedikit peluang untuk pendidikan, sosial dan adat yang lebih besar daripada masa remaja orang tua mereka. Jadi sesungguhnya ini adalah “kesenjangan budaya,” sepenuhnya bukan sebab perbedaan dalam usia kronologis.
Kesenjangan generasi yang paling menonjol terjadi di bidang norma-norma sosial. Semacam telah ditunjukkan sebelumnya, perilaku seksusal yang sekarang dilakukan oleh para remaja adalah perilaku yang sangat terlarang oleh orang tua pada usia yang sama.
Orang tua tak bisa sepenuhnya dipersalahkan sehubungan dengan permengenaian yang berkembang antara mereka dan anak remaja mereka. Kecuali nak-anak praremaja, remaja muda adalah anak yang paling tak bertanggung jawab, paling susah dihadapi, paling tak bisa diramal dan paling menjengkelkan. Ketidakmampuan dan ketidakmauan untuk berkomunikasi dengan orang tuaterus memper besar kesenjangan mereka.
Orang tua susah menerima keengganan remaja untuk mengikuti larangan-larangan yang dipandang penting, dan mereka tak sabar menghadapi kegagalan remaja memikul tanggung jawab yang sesuai dengan usia remaja. Sumber-sumber kejengkelan ini biasanya mencapai puncaknya anatara usia empat belas dan lima belas tahun, seusai itu hubungan orang tua-anak mulai membaik. Sama pentingnya, tak sedikit remaja merasa bahwa orang tua tak “mengerti mereka” dan bahwa standart perilaku orang tua dianggap kuno. Faktor ini lebih dikarenakan sebab kesenjangan budaya, semacam telah dijelaskan, dan bukan sebab perbedaan dalam usia.
sebab-sebab umum permengenaian keluarga selagi masa remaja
· Standart perilaku
Remaja tak jarang berpendapat standart perilaku orang tua yang kuno dan yang modern tak sama dan standart perilaku orang tua yang kuno wajib menyesuaikan diri dengan yang modern.
· Metode disiplin
Kalau metode disiplin yang dipakai orang tua dianggap “tidak adil” alias “kekanak-kanakan,” maka remaja bakal memberontak. Pemberontakan yang paling besar terjadi dalam keluarga dimana salah satu orang tua lebih berkuasa daripada yang lainnya, terutama bila bunda yang mempunyai kekuasaan terbesar.
· Hubungan dengan saudara kandung
Remaja mungkin menghina adik-adiknya dan membenci kakak-kakaknya jadi memunculkan permengenaian dengan mereka dan juga dengan orang tua yang dianggap bersikap “pilih kasih”
· Merasa menjadi korban
Remaja merasa rutin benci kalau status sosioekonomi keluarga tida memungkinkannya mempunyai simbol-simbol status yang sama dengan yang dimiliki kawan-kawan, semacam pakaian, mobil, dan sebagainya. Remaja tak menyukai bila wajib memikul tanggung jawab rumah tangga semacam memelihara adik-adik, alias bila orang tua tiri masuk kerumah dan mencoba “memerintah.” Faktor ini tak disukai orang tua dan meningkatkan ketegangan hubungan orang tua-remaja.
· Sikap yang sangat kritis
Anggota keluarga tak menyukai sikap remaja yang terlampau kritis terhadap mereka dan terhadap pola kehidupan keluarga pada umumnya.
· Besarnya keluarga
Dalam keluarga sedang-yang terdiridari tiga alias empat anak-lebih tak jarang terjadi permengenaian-permengenaian dibandingkan dalam keluarga kecil alias keluarga besar. Orang tua dalam keluarga besar tak membenarkan adanya permengenaian, sedangkan dalam keluarga kecil remaja bersikap lebih lunak dan tak merasa butuh untuk memberontak.
· Perilaku yang tak lebih matang
Orang tua tak jarang mengembangkan sikap tak jarang menghukum bila para remaja melalaikan tugas-tugas sekolah, melalaikan tanggung jawab alias membelanjakan uang semaunya. Remaja membenci sikap kritis dan sikap menghukum ini.
· Memberontak terhadap sanak keluarga
Orang tua dan sanak keluarga menjadi marah bila remaja mengungkapkan perasaannya dengan cara terang-terangan bahwa pertemuan-pertemuan keluarga “membosankan” alias bila para remaja menolak usul dan nasihat-nasihat mereka.
· “ Persoalan palang pintu”
Kehidupan sosial remaja yang baru dan yang lebih aktif dapa mengakibatkannya melanggar pertauran keluarga mengenai waktu pulang dan mengenali kawan-kawan dengan siapa ia berhubungan, terutama kawan-kawan lawan jenis.
C. Perkembangan Dengan Kawan Sebaya
Perkembangan kehidupan remaja juga ditandai dengan gejala meningkatnya pengaruh kawan sebaya dalam kehidupan. Sebab sebagian besar waktunya dihabiskan untuk berhubungan alias berteman dengan kawan-kawan sebaya mereka. Terbukti pada prinsipnya hubungan kawan sebaya mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan remaja. Semacam teori yang dikemukakan oleh Jean Piaget dan Harry Stack Sullivan yang menekankan bahwa melewati kawan sebaya anak dan remaja belajar hubungan timbal balik yang simetris. Mereka juga mendalami dengan cara aktif kepentingan-kepentingan dan perspektif kawan sebaya dalam rangka meluruskan integrasi dia dalam aktivitas kawan sebaya yang berkelanjutan. Batasan usia remaja adalah masa diantara 12-21 tahun. Dengan perincian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun masa remaja akhir. Pengaruh kawan sebaya terhadap perrkembangan remaja yang berakibat positif pada beberapa aspek, yaitu:
1. Sudut Kepribadian Pengaruh Keberadaan Kawan Sebaya
a. Sudut Fisik
Dengan keberadaan kawan sebaya, remaja bisa mengembangkan keterampilan-keterampilan fisiknya, semacam kegiatan-kegiatan kelompok yang sama-sama menyukai aktifitas fisik. Umpama kelompok sepak bola, karate, dan sebagainnya.
b. Sudut Intelektual
Di sini remaja berkelompok dengan ketertarikan yang sama, semacam ajang diskusi alias kegiatan-kegiatan yang tak sedikit melibatkan performa intelektualnya. Mengontrol implus-implus agresif, melewati kawan sebaya, remaja belajar bagaimana memecahkan permengenaian-permengenaian dengan cara-cara yang lain tidak hanya perbuatan penyerangan langsung.
c. Sudut Emosi
Memperoleh dorongan emosionaldan sosial dan menjadikan lebih independen. Remaja membikin kelompok untuk saling menyalurkan emosinya dan dorongan bagi remaja untuk mengambil peran dan tanggung jawab. Dorongan yang diperoleh remaja dari kawan-kawan sebaya mereka ini bakal menyebabkan bertidak lebihnya ketergantungan remaja pada dorongan keluarga mereka.
d. Sudut Sosial
Meningkatkan keterampilan-keterampilan sosial, mengembangkan performa penalaran, dan belajar untuk mengekspresikan perasaan-perasaan dengan cara-cara yang lebih matang. Mempunyai perbincangan dan perdebatan dengan kawan sebaya, remaja belajar mengekspresikan ide-ide dan perasaan-perasaan dan mengembangkan perasaan-perasaan dan mengembangkan performa mereka memecahkan persoalan. Bagusa dengan adanya kawan sebaya mereka merasa mempunyai kawan sehidup, se-ide, seperjuangan jadi melewati kegiatan sosial yang mereka bentuk, remaja merasa dihargai oleh lingkungannya.
e. Sudut Moral
Umumnya orang dewasa mengajarkan terhadap anak-anak mereka mengenai apa yang benar dan apa yang salah. Sedangkan, dalam kelompok kawan sebaya, remaja mencoba mengambil keputusan atas diri mereka sendiri. Mereka mengevaluasi kualitas-kualitas yang dimilikinya dan yang dimilki oleh kawan sebayanya dan memutuskan mana yang benar. Proses evaluasi ini bisa menolong remaja mengembangkan performa penalaran moral mereka.
f. Harga Diri (self-esteem)
Menjadikan orang yang disukai oleh sejumlah besar kawan-kawan sebayanya membikin remaja merasa enak alias bahagia mengenai dirinya, jadi meningkatkan rasa percaya diri mereka.
g. Seksualitas
Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran Download Lagu tipe kelamin. Sikap-sikap seksualitas dan tingkah laku peran tipe kelamin terutama dibentuk melewati interaksi dengan kawan sebaya. Remaja belajar mengenai tingkah laku dan sikap-sikap yang mereka asosiasikan dengan menjadi laki-laki dan perempuan muda.
Akibat keberadaan kawan sebaya juga tak selamanya meberi pengaruh yang positif bagi perkembangan remaja. Bila orang tua tak lebih memberbagi pengetahuan yang baik bagi remaja, maka akibatnya bisa memunculkan hal-hal yang negatif, semacam:
a. Mental
Bagi sebagian remaja, ditolak alias diabaikan kawan sebayanya menyebabkan munnculnya perasaan kesepian alias permusuhan. Disamping itu, penolakan kawan sebaya berakibat juga pada kesehatan mental dan problem kejahatan.
b. Kriminalitas
Kawan sebaya bisa menawarkan remaja pada alkohol, obat-obatan (narkoba), kenakalan, kejahatan kriminalitas lainnya, dan beberapa perilaku yang dipandang semua orang sebagai bentuk lakukanan negatif yang menyimpang dari norma.
c. Seksualitas
Seks leluasa yang terjadi pada remaja jaman sekarang ini tak sedikit diperkenalkan oleh kawan-kawan sebaya mereka. Kontrol orang tua yang tak lebih mengakibatkan anak salah memilih kawan untuk berteman. Sebab seks leluasa yang yang dilakukan oleh para remaja biasanya dilakukan bersama kawan sebaya mereka.
Yang butuh diperhatikan supaya remaja tak menyimpang dari aturan aturan dalam bersosialisasi yaitu :
a. Peran Disiplin
Remaja wajib sanggup mengatur waktu. Kapan belajar, kapan bermain dengan kawan sebaya dan kapan menolong orang tua.
Peran Kontrol Orang Tua
Orang tua tetap wajib bisa mengontrol remaja dalam berhubungan dengan kawan-kawan sebayanya.
Hindari lingkungan yang bisa mengangkat remaja ke arah pergaulan yang negatif
Lingkungan yang dipilih sangat mempengaruhi pribadi remaja, adalah pengaruh eksternal yang sangat kuat. Pada usia remaja pemikiran yang dimiliki tetap labil jadi mudah untuk dipengauhi.
Pandai-pandai dalam memilih bentuk kegiatan yang bakal dimasuki
Sekarang ini ada organisasi alias sebuahkomunitas yang dalam kegiatannya justru malah berakibat negatif pada perkembangan remaja. Organisasi yang baik, organisasi yang mengangkat kami berlaku sesuai norma.
Pilihlah kawan yang memberi akibat/pengaruh yang positif terhadap kita
Wajib pandai-pandai memilih kawan yang bisa mengangkat pengaruh positif. Sebab sebagian waktu remaja dihabiskan dengan kawan sebaya, jadi sangat berpengaruh pada perkembangan remaja.
Mempunyai aturan-aturan yang jelas sebagai bekal pada saat bersosialisasi dengan kawan-kawan remaja yang lain. Dalam diri remaja sebetulnya wajib telah ditanamkan aturan-aturan yang membatasi mereka dalam bertidak. Sehingga, mereka tak gegabah dalam mengambil keputusan dan tak menyimpang dengan norma yng berlaku.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Menurut piaget dengan cara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Transformasi intelektual yang khas dari tutorial berfikir remaja ini memungkinkanya untuk mencapai integrasi dalam dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataanya adalah cirri khas yang umum dari periode perkembangan.
2. Erikson lebih menekankan pada bagian perkembangan psikososial yang terjadi pada masa remaja yaitu identity vs role diffusion, faktor ini sebab pada bagian tersebut adalah peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Momen yang terjadi pada bagian ini sangat menentukan perkembangan masa dewasa.
3. Menurut Josselson (Mar’at, 2006) proses pencarian bukti diri, - yaitu proses di mana seseorang mengembangkan sebuahbukti diri personal alias sense of self yang unik, yang tak sama dan terpisah dari orang lain- ini disebut dengan individuasi (individuation). Proses ini terdiri dari empat bagian yang tak sama tetapi saling melengkapi. Empat bagian tersebut adalah: Deferensiasi, praktis, adaptasi dan eksperimentasi, dan konsolidasi
Tiga faktor yang mendukung pembentukan Status Bukti diri Diri Remaja, yaitu :
1. Keyakinan dan Kematapan bahwa ia mendapat dukungan Orangtua
2. Mengembangan rasa untuk ingin bekerja dan mandiri
3. mencapai perspektif & pandangan refleksi diri terhadap masa depannya
4. Sebab-sebab umum permengenaian keluarga selagi remaja adalah Standart perilaku
Metode disiplin, Hubungan dengan saudara kandung, Merasa menjadi korban ,Sikap yang sangat kritis ,Besarnya keluarga ,Perilaku yang tak lebih matang ,Memberotak terhadap sanak keluarga ,Persoalan palang pintu.
5. teori yang dikemukakan oleh Jean Piaget dan Harry Stack Sullivan yang menekankan bahwa melewati kawan sebaya anak dan remaja belajar hubungan timbal balik yang simetris. Mereka juga mendalami dengan cara aktif kepentingan-kepentingan dan perspektif kawan sebaya dalam rangka meluruskan integrasi dia dalam aktivitas kawan sebaya yang berkelanjutan. Batasan usia remaja adalah masa diantara 12-21 tahun. Dengan perincian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun masa remaja akhir.
PENDAHULUAN
A. Arti Remaja
Istilah adolescence (remaja) berasal dari kata latin “adolescere” yang berarti “tumbuh alias tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence semacam yang dipergunakan sekarang mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, social dan fisik. Pandangan ini di ungkapkan oleh piaget : dengan cara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Transformasi intelektual yang khas dari tutorial berfikir remaja ini memungkinkanya untuk mencapai integrasi dalam dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataanya adalah cirri khas yang umum dari periode perkembangan.
B. Perkembangan Psikososial Remaja
Saat seseorang mencapai masa remaja, maka orang tersebut berada dalam masa pencarian bukti diri diri (Erikson, dalam Papalia, 2008). Yang dimaksud dengan pencarian bukti diri diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001). Pencarian bukti diri diri menurut Erikson (Papalia, 2008) sebagai konsepsi mengenai diri, penentuan tujuan, kualitas, dan keyakinan yang dipegang teguh oleh seseorang. Usaha remaja untuk memahami diri adalah proses vital dan sehat yang didasarkan terhadap pencapaian bagian sebelumnya.
Adapun bagian-tahap perkembangan psikososial ( Erikson, Mar’at, 2006) yang terjadi pada manusia adalah sebagai berikut:
Kepercayaan vs ketidakpercayaan (trust vs mistrust); terjadi saat usia lahir – 1 tahun.
Otonomi vs Rasa malu dan ragu-ragu (Autonomy vs Shame and Doubt); terjadi saat usia 1 – 3 tahun.
Inisiatif vs rasa bersalah (Initiative vs guilt); terjadi saat usia 4-5 tahun.
Ketekunan vs rasa rendah diri (industry vs inferiority); terjadi saat usia 6 – 11 tahun.
Bukti diri vs kebingungan peran (ego identity vs role diffusion); terjadi saat usia 12 – 20 tahun.
Keintiman vs isolasi (intimacy vs isolation); terjadi saat usia 20 – 24 tahun.
Generativitas vs stagnasi (generativity vs stagnation); terjadi pada usia 25 – 65 tahun.
Integritas ego vs keputus asaan (ego integrity vs despair); terjadi saat usia 65 – meninggal.
Masing-masing bagian terdiri dari tugas perkembangan yang khas, yang mengwajibkan individu menghadapi sebuahkrisis. Terus sukses individu menanggulangi krisis, bakal terus sehat perkembangannya (Santrock, 2001). Lebih lanjut, Erikson lebih menekankan pada bagian perkembangan psikososial yang terjadi pada masa remaja yaitu identity vs role diffusion, faktor ini sebab pada bagian tersebut adalah peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Momen yang terjadi pada bagian ini sangat menentukan perkembangan masa dewasa.
C. Ciri-Ciri Masa Remaja
Semacam halnya dengan semua periode yang penting selagi rentan kehidupan, masa remaja mempunyai cirri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan setelahnya. Cirri-ciri tersebut diantaranya adalah :
1.Masa remaja sebagai masa yang penting
Meskipun semua periode dalam rentan kehidupan adalah penting, tetapi kadar kepentinganya tak sama-beda. Pada periode remaja baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang tetap penting baik dari segi fisik maupun psikologis.
2.Masa remaja sebagai masa peralihan
Peralihan bukan berarti terputus alias berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya. Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan tersedia keraguan bakal peran yang wajib dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan seorang dewasa.
3.Masa remaja sebagai masa perubaahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan prilaku selagi masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Apabila perubaha fisik menurun maka perubahan sikap dan prilaku juga bakal menurun. Ada empat perubahan yang bersifat universal, diantaranya adalah :
1. Meningginya emosi
2. Perubahan tubuh
3. Dengan berubahnya ketertarikan dan pola perilaku, maka kualitas-kualitas juga berubah
4. Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan
4.Masa remaja sebagai masa berpersoalan
Setiap periode mempunyai mempunyai persoalan, tetapi persoalan pada periode remaja tak jarang menjadi persoalan yang susah diatasi baik bagi anak laki-laki maupun perempuan. Tersedia dua argumen bagi kesusahan itu:
1. Sepanjang masa kanak-kanak sebagian besar persoalan mereka diberakhirkan oleh orang tua alias guru, jadi mereka para remaja tak lebih bias memanajemen persoalan mereka.
2. Sebab para remaja merasa mandiri, bias menanggulangi persoalan dengan sendiri jadi mereka ingin menanggulangi persoalannya sendiri dan menolak bantuan dari orang tua maupun guru.
5.Masa remaja sebagai masa mencari bukti diri
Pada tahun-tahun awal remaja, adaptasi diri dengan kelompok tetap tetap penting bagi perkembanganya. Tetapi krisis bukti diri dalam kebudayaan amerika sekarang memunculkan sebuahdilema yang menyebabkan “krisis bukti diri” alias persoalan bukti diri ego pada remaja. Bukti diri diri yang dicari remaja berupa usaha untuk membahas siapa dia dan apa perananya dalam masyarakat.
D. Minat-minat Remaja
Minat adalah sebuahkeinginan dan kebutuhan yang ingin dan wajib diperoleh, dalam perkembanganya remaja mempunyai dua ketertarikan pokok yaitu:
1. Ketertarikan sosial
Minat yang bersifat sosial bergantung pada peluang yang diperoleh remaja untuk mengembangkan ketertarikan tersebut dan pada keterkenalannya dalam kelompok. Ketertarikan sosial yang umum pada remaja meliputi : pesta, minum-minuman keras, obat-obatan terlarang, percakapan, menolong orang lain, kritik dan pembaharuan.
2. Ketertarikan pribadi
Minat pada diri sendiri adalah ketertarikan yang terkuat dikalangan remaja. Sebabnya adalah mereka sadar bahwa dukungan sosial sangat besar dipengaruhi oleh penampilan diri untuk hebat perhatian kelompok sosial. Diantara ketertarikan pribadi yaitu : ketertarikan pada penampilan diri, ketertarikan pada pakaian, ketertarikan pada prestasi, ketertarikan pada pendidikan, dan ketertarikan pada pekerjaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Bukti diri Dan Individuasi
Menurut Josselson (Mar’at, 2006) proses pencarian bukti diri, - yaitu proses di mana seseorang mengembangkan sebuahbukti diri personal alias sense of self yang unik, yang tak sama dan terpisah dari orang lain- ini disebut dengan individuasi (individuation). Proses ini terdiri dari empat bagian yang tak sama tetapi saling melengkapi. Empat bagian tersebut adalah:
1. Diferensiasi; terjadi pada usia 12 – 14 tahun; pada bagian ini remaja menyadari bahwa ia tak sama dengan cara psikologis dari orang tuanya. Kesadaran ini membikinnya mempertanyakan dan menolak kualitas-kualitas dan nasehat orang tuanya, sekalipun faktor tersebut masuk akan.
Praktis; terjadi pada usia 14 – 15 tauhn; pada bagian ini remaja percaya bahwa ia mengenal segalanya dan bisa melakukan sesuatu tanpa salah. Remaja menyangkal kebutuhan bakal peringatan alias nasehat dan menantang orang tuanya pada setiap peluang. Komitmen terhadap kawan sebaya juga bertambah.
Penyesuaian dan eksperimentasi; terjadi pada usia 15 -18 tahun; pada bagian ini, remaja mulai bisa menerima kembali sebagian otoritas orang tuanya dengan syarat. Tingkah lakunya tak jarang silih berganti antara eksperimentasi dan penyesuaian, kadang menentang dan kadang berdamai. Di satu segi remaja bisa menerima tanggung jawab di kurang lebih rumah, tetapi di segi lain remaja bakal kesal saat orang tuanya rutin mengontrol dan membatasinya.
Konsolidasi; pada usia 18 – 21 tahun; pada bagian ini remaja mengembangkan kesadaran bakal bukti diri personal, yang menjadi dasar bagi pemahaman dia dan orang lain, dan untuk mempertahankan perasaan otonomi, independen dan individualitas.
Status bukti diri menurut Marcia (Papalia, 2008) adalah perkembangan ego yang tergantung pada keberadaan alias absensi krisis dan komitmen. Krisis menunjuk masa dimana remaja berusaha memilih beberapa alternalif opsi, yang pada akhirnya bisa menetapkan satu alternative tertentu dan memberbagi perhatian besar terhadap keyakinan dan kualitas-kualitas yang diperlukan dalam pemilihan alternative tersebut. Sedangkan komitmen menunjuk pada usaha membikin keputusan mngenai sesuatu dan menentukan beberapa startegi untuk merealisasikannya (Mar’at, 2006). Proses pembentukan bukti diri diri melibatkan dua aspek, yaitu eksplorasi dan komitmen. Berdasarkan ada alias tidaknya proses eksplorasi dan komiten pada individu, Marcia mengolongkan bukti diri diri ke dalam 4 (empat) status bukti diri yaitu identity diffusion, identity foreclosure, moratorium, dan identity achievement.
Identity Achievement adalah pencapaian status bukti diri yang ditandai dengan komitmen untuk memilih menjadikannya sebuah krisis, sebuah periode yang dihabiskan untuk mencari alternative. Foreclosure adalah status bukti diri dimana seseorang tak menghabiskan tak sedikit waktu untuk mempertimbangkan beberapa alternative (dank arena itu tak sempat berada dalam krisis) dan melaksanakan rencana yang disiapkan orang lain untuk dirinya.
Moratorium adalah status bukti diri dimana seseorang mempertimbangkan beberapa alternative (dalam krisis) dan tampaknya mengarah pada komitmen. Identity diffusion adalah status bukti diri yang ditandai oleh ketiadaan komitmen dan tak lebihnya pertimbangan serius terhadap beberapa alternative yang ada. Tersedia 5 permasalahan dari psikososial yaitu:
Identity yaitu mengemukakan dan mengerti dari sebagai individu.
Pada masa remaja terjadi perubahan yang sangat penting pada bukti diri diri (Harter, 1990). Pada masa remaja sangsi bakal bukti diri dia dan tak hanya sangsi bakal personal sense dia tapi juga untuk kesaksian dari orang lain dan dari lingkungan bahwa dia adalah indiviodu yang unik dan khusus.
2. Autonomy yaitu menetapkan rasa yang enjoy dalam ketidaktergantungan.
Remaja berusaha membentuk dia menjadi tak tergantung tetapi berusaha untuk menemukan dia dengan kaca mata dia sendiri dan orang lain. Faktor ini adalah sebuahproses yang susah, tak hanya bagi remaja tetapi juga bagi orang lain di kurang lebihnya.Tersedia tiga perkembangan penting dari autonomy, yaitu:
- mengurangi ikatan emosional dengan orang tua.
- sanggup untuk mengambil keputusan dengan cara mandiri.
- Membentuk “tanda personalnya” dari kualitas dan moral (Donvan and Andelson, 1966; Seinberg, 1990).
3. Intimacy yaitu membentuk relasi yang tertutup dan dekat dengan orang lain.
Selama masa remaja perubahan penting lainnya adalah performa individu untuk menjalin kedekatan dengan orang lain, terutama dengan sebaya.
Pertemuan timbul pertama kali pada masa remaja melibatkan keterbukaan, kejujuran, loyaliyas dan saling percaya, juda share kegiatan dan ketertarikan (Sarin Williams and Bernet, 1990). “dating”, menjadi penting dan sebagai konsekuensinya performa untuk menjalin hubungan melewati kepercayaan dan cinta.
4. Sexuality yaitu mengekspresikan perasaan-perasaan dan merasa bahagia apabila ada kontak fisik dengan orang lain. Kegiatan seksual dengan cara umum dimulai pada masa Video remaja, kebutuhan untuk memecahkan persoalan kualitas-kualitas sosial dan moral terjadi pada masa ini (Kart Chadorin, 1990).Achivement yaitu memperoleh kesuksesa dan mempunyai performa sebagai anak buah masyarakat.
5. Pengembalian keputusan yang penting terjadi pada masa remaja dan mengangkat konsueksi yang panjang mengenai sekolah dan karir (Henderson and Dweck, 1990).
Umumnya pengembalian keputusan bergantung pada evaluasi diri remaja mengenai kecakapan dan performa dari tekad dan harapannya dimasa mendatang, dan dari masukan-masukan yang diterima oleh remaja dari tugas guru dan kawan.
Ada tiga faktor yang mendukung pembentukan Status Bukti diri Diri Remaja, yaitu:
Keyakinan dan Kematapan bahwa ia mendapat dukungan Orangtua
Mengembangan rasa untuk ingin bekerja dan mandiri
Mampu mencapai perspektif & pandangan refleksi diri terhadap masa depannya
B. Perkembangan Dengan Orang Tua
Bila hubungan remaja muda dengan anggota-anggota keluarga tak harmonis selagi masa remaja, biasanya kesalahan terletak pada kedua belah pihak. Tak jarang kali orang tua tak membenahi konsep mereka mengenai performa anak mereka seusai anak-anak menjadi lebih besar. Akibatnya, mereka memperlakukan anak remaja mereka semacam ketika anak-anak itu tetap kecil. Sekalipun demikian mereka menginginkan anak “bertindak sesuai dengan usia,” terlebih bila berhubungan dengan persoalan tanggung jawab.
Persoalan yang penting lagi adalah apa yang disebut “kesenjangan generasi” antara remaja dengan orang tua mereka. Kesenjangan ini sebagian dikarenakan sebab adanya perubahan radikal dalam kualitas dan standar perilaku yang biasanya terjadi dalam perubahan adat yang pesat, dan sebagian dikarenakan sebab kenyataan bahwa kawula muda sekarang mempunyai tak sedikit peluang untuk pendidikan, sosial dan adat yang lebih besar daripada masa remaja orang tua mereka. Jadi sesungguhnya ini adalah “kesenjangan budaya,” sepenuhnya bukan sebab perbedaan dalam usia kronologis.
Kesenjangan generasi yang paling menonjol terjadi di bidang norma-norma sosial. Semacam telah ditunjukkan sebelumnya, perilaku seksusal yang sekarang dilakukan oleh para remaja adalah perilaku yang sangat terlarang oleh orang tua pada usia yang sama.
Orang tua tak bisa sepenuhnya dipersalahkan sehubungan dengan permengenaian yang berkembang antara mereka dan anak remaja mereka. Kecuali nak-anak praremaja, remaja muda adalah anak yang paling tak bertanggung jawab, paling susah dihadapi, paling tak bisa diramal dan paling menjengkelkan. Ketidakmampuan dan ketidakmauan untuk berkomunikasi dengan orang tuaterus memper besar kesenjangan mereka.
Orang tua susah menerima keengganan remaja untuk mengikuti larangan-larangan yang dipandang penting, dan mereka tak sabar menghadapi kegagalan remaja memikul tanggung jawab yang sesuai dengan usia remaja. Sumber-sumber kejengkelan ini biasanya mencapai puncaknya anatara usia empat belas dan lima belas tahun, seusai itu hubungan orang tua-anak mulai membaik. Sama pentingnya, tak sedikit remaja merasa bahwa orang tua tak “mengerti mereka” dan bahwa standart perilaku orang tua dianggap kuno. Faktor ini lebih dikarenakan sebab kesenjangan budaya, semacam telah dijelaskan, dan bukan sebab perbedaan dalam usia.
sebab-sebab umum permengenaian keluarga selagi masa remaja
· Standart perilaku
Remaja tak jarang berpendapat standart perilaku orang tua yang kuno dan yang modern tak sama dan standart perilaku orang tua yang kuno wajib menyesuaikan diri dengan yang modern.
· Metode disiplin
Kalau metode disiplin yang dipakai orang tua dianggap “tidak adil” alias “kekanak-kanakan,” maka remaja bakal memberontak. Pemberontakan yang paling besar terjadi dalam keluarga dimana salah satu orang tua lebih berkuasa daripada yang lainnya, terutama bila bunda yang mempunyai kekuasaan terbesar.
· Hubungan dengan saudara kandung
Remaja mungkin menghina adik-adiknya dan membenci kakak-kakaknya jadi memunculkan permengenaian dengan mereka dan juga dengan orang tua yang dianggap bersikap “pilih kasih”
· Merasa menjadi korban
Remaja merasa rutin benci kalau status sosioekonomi keluarga tida memungkinkannya mempunyai simbol-simbol status yang sama dengan yang dimiliki kawan-kawan, semacam pakaian, mobil, dan sebagainya. Remaja tak menyukai bila wajib memikul tanggung jawab rumah tangga semacam memelihara adik-adik, alias bila orang tua tiri masuk kerumah dan mencoba “memerintah.” Faktor ini tak disukai orang tua dan meningkatkan ketegangan hubungan orang tua-remaja.
· Sikap yang sangat kritis
Anggota keluarga tak menyukai sikap remaja yang terlampau kritis terhadap mereka dan terhadap pola kehidupan keluarga pada umumnya.
· Besarnya keluarga
Dalam keluarga sedang-yang terdiridari tiga alias empat anak-lebih tak jarang terjadi permengenaian-permengenaian dibandingkan dalam keluarga kecil alias keluarga besar. Orang tua dalam keluarga besar tak membenarkan adanya permengenaian, sedangkan dalam keluarga kecil remaja bersikap lebih lunak dan tak merasa butuh untuk memberontak.
· Perilaku yang tak lebih matang
Orang tua tak jarang mengembangkan sikap tak jarang menghukum bila para remaja melalaikan tugas-tugas sekolah, melalaikan tanggung jawab alias membelanjakan uang semaunya. Remaja membenci sikap kritis dan sikap menghukum ini.
· Memberontak terhadap sanak keluarga
Orang tua dan sanak keluarga menjadi marah bila remaja mengungkapkan perasaannya dengan cara terang-terangan bahwa pertemuan-pertemuan keluarga “membosankan” alias bila para remaja menolak usul dan nasihat-nasihat mereka.
· “ Persoalan palang pintu”
Kehidupan sosial remaja yang baru dan yang lebih aktif dapa mengakibatkannya melanggar pertauran keluarga mengenai waktu pulang dan mengenali kawan-kawan dengan siapa ia berhubungan, terutama kawan-kawan lawan jenis.
C. Perkembangan Dengan Kawan Sebaya
Perkembangan kehidupan remaja juga ditandai dengan gejala meningkatnya pengaruh kawan sebaya dalam kehidupan. Sebab sebagian besar waktunya dihabiskan untuk berhubungan alias berteman dengan kawan-kawan sebaya mereka. Terbukti pada prinsipnya hubungan kawan sebaya mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan remaja. Semacam teori yang dikemukakan oleh Jean Piaget dan Harry Stack Sullivan yang menekankan bahwa melewati kawan sebaya anak dan remaja belajar hubungan timbal balik yang simetris. Mereka juga mendalami dengan cara aktif kepentingan-kepentingan dan perspektif kawan sebaya dalam rangka meluruskan integrasi dia dalam aktivitas kawan sebaya yang berkelanjutan. Batasan usia remaja adalah masa diantara 12-21 tahun. Dengan perincian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun masa remaja akhir. Pengaruh kawan sebaya terhadap perrkembangan remaja yang berakibat positif pada beberapa aspek, yaitu:
1. Sudut Kepribadian Pengaruh Keberadaan Kawan Sebaya
a. Sudut Fisik
Dengan keberadaan kawan sebaya, remaja bisa mengembangkan keterampilan-keterampilan fisiknya, semacam kegiatan-kegiatan kelompok yang sama-sama menyukai aktifitas fisik. Umpama kelompok sepak bola, karate, dan sebagainnya.
b. Sudut Intelektual
Di sini remaja berkelompok dengan ketertarikan yang sama, semacam ajang diskusi alias kegiatan-kegiatan yang tak sedikit melibatkan performa intelektualnya. Mengontrol implus-implus agresif, melewati kawan sebaya, remaja belajar bagaimana memecahkan permengenaian-permengenaian dengan cara-cara yang lain tidak hanya perbuatan penyerangan langsung.
c. Sudut Emosi
Memperoleh dorongan emosionaldan sosial dan menjadikan lebih independen. Remaja membikin kelompok untuk saling menyalurkan emosinya dan dorongan bagi remaja untuk mengambil peran dan tanggung jawab. Dorongan yang diperoleh remaja dari kawan-kawan sebaya mereka ini bakal menyebabkan bertidak lebihnya ketergantungan remaja pada dorongan keluarga mereka.
d. Sudut Sosial
Meningkatkan keterampilan-keterampilan sosial, mengembangkan performa penalaran, dan belajar untuk mengekspresikan perasaan-perasaan dengan cara-cara yang lebih matang. Mempunyai perbincangan dan perdebatan dengan kawan sebaya, remaja belajar mengekspresikan ide-ide dan perasaan-perasaan dan mengembangkan perasaan-perasaan dan mengembangkan performa mereka memecahkan persoalan. Bagusa dengan adanya kawan sebaya mereka merasa mempunyai kawan sehidup, se-ide, seperjuangan jadi melewati kegiatan sosial yang mereka bentuk, remaja merasa dihargai oleh lingkungannya.
e. Sudut Moral
Umumnya orang dewasa mengajarkan terhadap anak-anak mereka mengenai apa yang benar dan apa yang salah. Sedangkan, dalam kelompok kawan sebaya, remaja mencoba mengambil keputusan atas diri mereka sendiri. Mereka mengevaluasi kualitas-kualitas yang dimilikinya dan yang dimilki oleh kawan sebayanya dan memutuskan mana yang benar. Proses evaluasi ini bisa menolong remaja mengembangkan performa penalaran moral mereka.
f. Harga Diri (self-esteem)
Menjadikan orang yang disukai oleh sejumlah besar kawan-kawan sebayanya membikin remaja merasa enak alias bahagia mengenai dirinya, jadi meningkatkan rasa percaya diri mereka.
g. Seksualitas
Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran Download Lagu tipe kelamin. Sikap-sikap seksualitas dan tingkah laku peran tipe kelamin terutama dibentuk melewati interaksi dengan kawan sebaya. Remaja belajar mengenai tingkah laku dan sikap-sikap yang mereka asosiasikan dengan menjadi laki-laki dan perempuan muda.
Akibat keberadaan kawan sebaya juga tak selamanya meberi pengaruh yang positif bagi perkembangan remaja. Bila orang tua tak lebih memberbagi pengetahuan yang baik bagi remaja, maka akibatnya bisa memunculkan hal-hal yang negatif, semacam:
a. Mental
Bagi sebagian remaja, ditolak alias diabaikan kawan sebayanya menyebabkan munnculnya perasaan kesepian alias permusuhan. Disamping itu, penolakan kawan sebaya berakibat juga pada kesehatan mental dan problem kejahatan.
b. Kriminalitas
Kawan sebaya bisa menawarkan remaja pada alkohol, obat-obatan (narkoba), kenakalan, kejahatan kriminalitas lainnya, dan beberapa perilaku yang dipandang semua orang sebagai bentuk lakukanan negatif yang menyimpang dari norma.
c. Seksualitas
Seks leluasa yang terjadi pada remaja jaman sekarang ini tak sedikit diperkenalkan oleh kawan-kawan sebaya mereka. Kontrol orang tua yang tak lebih mengakibatkan anak salah memilih kawan untuk berteman. Sebab seks leluasa yang yang dilakukan oleh para remaja biasanya dilakukan bersama kawan sebaya mereka.
Yang butuh diperhatikan supaya remaja tak menyimpang dari aturan aturan dalam bersosialisasi yaitu :
a. Peran Disiplin
Remaja wajib sanggup mengatur waktu. Kapan belajar, kapan bermain dengan kawan sebaya dan kapan menolong orang tua.
Peran Kontrol Orang Tua
Orang tua tetap wajib bisa mengontrol remaja dalam berhubungan dengan kawan-kawan sebayanya.
Hindari lingkungan yang bisa mengangkat remaja ke arah pergaulan yang negatif
Lingkungan yang dipilih sangat mempengaruhi pribadi remaja, adalah pengaruh eksternal yang sangat kuat. Pada usia remaja pemikiran yang dimiliki tetap labil jadi mudah untuk dipengauhi.
Pandai-pandai dalam memilih bentuk kegiatan yang bakal dimasuki
Sekarang ini ada organisasi alias sebuahkomunitas yang dalam kegiatannya justru malah berakibat negatif pada perkembangan remaja. Organisasi yang baik, organisasi yang mengangkat kami berlaku sesuai norma.
Pilihlah kawan yang memberi akibat/pengaruh yang positif terhadap kita
Wajib pandai-pandai memilih kawan yang bisa mengangkat pengaruh positif. Sebab sebagian waktu remaja dihabiskan dengan kawan sebaya, jadi sangat berpengaruh pada perkembangan remaja.
Mempunyai aturan-aturan yang jelas sebagai bekal pada saat bersosialisasi dengan kawan-kawan remaja yang lain. Dalam diri remaja sebetulnya wajib telah ditanamkan aturan-aturan yang membatasi mereka dalam bertidak. Sehingga, mereka tak gegabah dalam mengambil keputusan dan tak menyimpang dengan norma yng berlaku.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Menurut piaget dengan cara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Transformasi intelektual yang khas dari tutorial berfikir remaja ini memungkinkanya untuk mencapai integrasi dalam dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataanya adalah cirri khas yang umum dari periode perkembangan.
2. Erikson lebih menekankan pada bagian perkembangan psikososial yang terjadi pada masa remaja yaitu identity vs role diffusion, faktor ini sebab pada bagian tersebut adalah peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Momen yang terjadi pada bagian ini sangat menentukan perkembangan masa dewasa.
3. Menurut Josselson (Mar’at, 2006) proses pencarian bukti diri, - yaitu proses di mana seseorang mengembangkan sebuahbukti diri personal alias sense of self yang unik, yang tak sama dan terpisah dari orang lain- ini disebut dengan individuasi (individuation). Proses ini terdiri dari empat bagian yang tak sama tetapi saling melengkapi. Empat bagian tersebut adalah: Deferensiasi, praktis, adaptasi dan eksperimentasi, dan konsolidasi
Tiga faktor yang mendukung pembentukan Status Bukti diri Diri Remaja, yaitu :
1. Keyakinan dan Kematapan bahwa ia mendapat dukungan Orangtua
2. Mengembangan rasa untuk ingin bekerja dan mandiri
3. mencapai perspektif & pandangan refleksi diri terhadap masa depannya
4. Sebab-sebab umum permengenaian keluarga selagi remaja adalah Standart perilaku
Metode disiplin, Hubungan dengan saudara kandung, Merasa menjadi korban ,Sikap yang sangat kritis ,Besarnya keluarga ,Perilaku yang tak lebih matang ,Memberotak terhadap sanak keluarga ,Persoalan palang pintu.
5. teori yang dikemukakan oleh Jean Piaget dan Harry Stack Sullivan yang menekankan bahwa melewati kawan sebaya anak dan remaja belajar hubungan timbal balik yang simetris. Mereka juga mendalami dengan cara aktif kepentingan-kepentingan dan perspektif kawan sebaya dalam rangka meluruskan integrasi dia dalam aktivitas kawan sebaya yang berkelanjutan. Batasan usia remaja adalah masa diantara 12-21 tahun. Dengan perincian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun masa remaja akhir.
Langganan:
Postingan (Atom)